Muammar Memilih Jalan Sendiri
Cerpen Sori Siregar (Kompas, 14 Oktober 2012) MALAM telah merangkak jauh. Perlahan. Sebentar lagi pagi terjangkau. Hujan rintik-rintik di luar. Maludin yang letih masih tidak dapat tidur. Sepanjang...
View ArticleMakam Pohon Mangga
Cerpen Hammidun Nafi’Syifauddin (Suara Merdeka, 14 Oktober 2012) DI belakang rumah itu, Emak selalu bercerita. Di bawah pohon mangga yang dulu pernah berjaya. Berbuah luar biasa banyaknya, dengan...
View ArticleGadis Bermata Gerimis
Cerpen Zelfeni Wimra (Jawa Pos, 14 Oktober 2012) AKU harus bertemu Gadis bermata gerimis itu menjelang siang beralih jadi senja. Menjelang matahari benar-benar lenyap dari pandangan dan perbukitan Batu...
View ArticleNosferatu
Cerpen Eka Maryono (Koran Tempo, 14 Oktober 2012) Berikan aku cahaya, katanya, sesuatu yang dapat membantuku melihat kebenaran. SEJAK cahaya menghilang dari desa kami, dia selalu meminta cahaya. Jadi...
View ArticlePertanyaan Sri
Cerpen El Hadiansyah (Kompas, 21 Oktober 2012) NAMANYA Sri. Hanya Sri. Sangat singkat bukan? Awalnya, aku pun menyangka ada kelanjutan dari tiga huruf itu. Namun tidak. Namanya benar-benar Sri, hanya...
View ArticleBocah Pengulum Jempol
Cerpen Setia Naka Andrian (Suara Merdeka, 21 Oktober 2012) SEANDAINYA itu permen, pasti ia akan menangis karena bisa habis. Namun itu jempol. Dikulum berjam-jam, berhari-hari hingga bertahun-tahun pun...
View ArticleZiarah
Cerpen Dewi Kharisma Michellia (Jawa Pos, 21 Oktober 2012) 21 APRIL 1978. BEGITU tertera pada dua kayu nisan yang tertancap di puncak bukit pagi itu. Dengan cuaca yang sama, dua puluh tahun lalu, aku...
View ArticleSampah, Gang Tujuh dan Terbang
Cerpen Mardi Luhung (Koran Tempo, 21 Oktober 2012) KAMPUNGKU, kampung pesisir ini dulunya adalah pantai. Pantai yang diuruk sampah. Sampah besar. Sampah kecil. Sampah keras. Juga sampah keriting. Dan...
View ArticleBanjir di Cibaresah
Cerpen Aba Mardjani (Kompas, 28 Oktober 2012) MAKSUM menguap sebelum matanya menguak di pagi lembab. Sendirian di pos jaga desa Cibaresah pada hari kesekian belas, laki-laki setengah baya itu buru-buru...
View ArticleHaji Moraldin
Cerpen Rifan Nazhif (Republika, 28 Oktober 2012) ENTAHLAH! Terkadang orang tak memedulikan arti namanya sendiri. Di lain pihak, ada yang merasa namanya kurang keren. Tapi bagi lelaki itu, nama yang dia...
View ArticleNegeri Atas Angin
Cerpen Wina Bojonegoro (Jawa Pos, 28 Oktober 2012) Mungkin senja belum usai saat bayu melambai begitu mesra,di pepohonan itu aku menangkap keberadaanmu. Belum, senja memang belum usai, tetapi remang...
View ArticleLebur Saketi
Cerpen Hermawan Aksan (Suara Merdeka, 28 Oktober 2012) BUKANKAH sudah kuingatkan kau, Kanda Jayadrata, jangan sekali-sekali menjulurkan kepala di bingkai jendela. Terbukti, sekejap saja kau lengah,...
View ArticleSelamat Tinggal Hindia
Cerpen Iksaka Banu (Koran Tempo, 28 Oktober 2012) CHEVROLET tua yang kutumpangi semakin melambat, sebelum akhirnya berhenti di muka barikade bambu yang dipasang melintang di ujung jalan Noordwijk....
View ArticleTentang Sebuah Makam di Bawah Pohon Mangga
Cerpen Hammidun Nafi’ Syifauddin (Kompas, 4 November 2012) DI belakang rumah itu, Emak selalu bercerita. Di bawah pohon mangga yang dulu pernah berjaya. Berbuah luar biasa banyaknya dengan ukuran yang...
View ArticleHari Tua
Cerpen Lina Chan (Republika, 4 November 2012) USIAKU telah lanjut, 80 tahun kira-kira. Mungkin lebih. Aku tidak ingat betul tepatnya. Yang aku tahu, ketika melihat bayanganku di cermin, baru aku sadari...
View ArticleKinan
Cerpen Surahmat (Suara Merdeka, 4 November 2012 DI atas kapal, hanya wajah papanya yang Kinan ingat. Laki-laki itu terasa begitu dekat sekaligus begitu jauh. Kesalahan besar telah Kinan lakukan pada...
View ArticlePemungut Kastanye
Cerpen Rilda A.Oe. Taneko (Koran Tempo, 4 November 2012) 1. BERAWAL satu. Tahun berlalu. Tak ada orang yang serupa dengan dirinya. Ia tinggal di sebuah kampung, di ceruk bukit-bukit cemara. Tak...
View ArticleBiografi Kunnaila
Cerpen Sungging Raga (Jawa Pos, 4 November 2012) GADIS itu bernama Kunnaila, lahir di bawah rembulan, tumbuh sepanjang ilalang. Orangtuanya hidup bergelantungan tepat di garis kemiskinan, ibunya sering...
View ArticleTulisan Kelinci Merah
Cerpen Afrizal Malna (Kompas, 11 November 2012) BAU tanah seperti ladang kenangan, perputaran dari yang tumbuh tanpa perubahan, dan rumah-rumah air tanpa banjir. Bau daun, dahan-dahan pohon, lumut yang...
View ArticlePahlawan Tersisa di Makam Tua
Cerpen Danang Probotanoyo (Republika, 11 November 2012 SENJA temaram menjemput malam. Kumaidi duduk di kursi rotan tua yang nyaris berbentuk bulat mirip telur ayam. Kursi dan meja pasangannya tersebut...
View Article