Cerpen Aguk Irawan MN (Media Indonesia, 18 Mei 2014) SAAT Kiai Madrikun turun dari mobil mewahnya, orang-orang yang menunggunya sudah berjubel, berebut untuk mencium tangannya. Semakin tangan kiai disembunyikan, semakin ramai orang yang berebut, berdesak-desakan sampai ada yang jatuh. Ia sebenarnya tidak sealim kiai-kiai lain di daerah itu, tapi ia punya keistimewaan. Selain pandai berpidato, Kiai Madrikun juga […]
